MAKALAH ASWAJA

Tags



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kedudukan Manusia Sebagai Khalifah dan Hamba Allah”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

                                                                                  Makassar, 10 Novmber 2016
                                                                                                            
                                                                                                 Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................  i
DAFTAR ISI .............................................................................................  ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................... 1
C.     Tujuan Masalah......................................................................... 2
D.    Sistematika Penulisan................................................................ 2
E.     Metode Penulisan....................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
A.    KEDUDUKAN MANUSIA .....................................................  3
a.       Pengertian Khaliq dan Makhluk.............................................. 3
b.      Kedudukan dan Tugas Manusia
sebagai Hamba Allah SWT. ....................................................  4
c.       Kedudukan dan Tugas manusia
sebagai Khalifah Allah SWT ..................................................  5
d.      Kedudukan manusia dalam islam
dan tujuan penciptaanya .........................................................  6
B.     PENGERTIAN MANUSIA SECARA ISLAM...................... 9
a.       Hakikat Manusia .....................................................................  9
b.      Asal-usul Penciptanya .............................................................  11
BAB 3 PENUTUP
A.    Kesimpulan ...................................................................................  14
B.     Saran .............................................................................................  14
DAFTAR PUSTAKA



BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Seperti apakah Hakikat Manusia itu? Manusia adalah Hamba Allah dan sebagai Hamba Allah, manusia wajib beribadah kepadaNya, menjalankan segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Karena sebagai Hamba Allah yang harus menjalankan segala perintahnya, manusia pun harus menjaga kelestarian bumi. Bumi dan segala isi didalamnya adalah alam semesta yang diciptakan Allah untuk dapat dinikmati manusia, secara otomatis pun manusia harus menjaga apa-apa saja yang terdapat di bumi dan isinya. Betapa banyak isi bumi yang merupakan keindahan dunia yang diciptakan Allah, mulai dari laut, samudra, pegunungan, hutan, gurun, dan masih banyak lagi ciptaan Allah yang harus dijaga kelestariannya.
Manusia bukan lah satu-satunya makhluk hidup yang diciptakan Tuhan, ada hewan dan tumbuhan. Yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Jelas jika tumbuhan dan hewan tidak memiliki akal sehat seperti layaknya manusia, manusia harus bisa memahami hakikat diri dan kehidupannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian hakikat dan manusia itu ?
2.      Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3.      Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT?
4.      Apa saja hakikat manusia itu ?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2.      Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia
3.      Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.
4.      Untuk mengetahui Apa saja hakikat manusia itu.
5.      Dan menambah ilmu dan wawasan bagi pembaca.

D.     Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, sistematika penulisan, dan metode penulisan.

E.      Metode Penulisan
Metode penulisan ini yaitu dengan mengambil referensi dari media internet dan sumber lainnya.


BAB 2
PEMBAHASAN

A.      KEDUDUKAN MANUSIA
a.    Pengertian Khaliq dan Makhluk
Khaliq adalah ungkapan al-quran dan salah satu nama dari al-asma-husna(nama-nama terindah) dari ALLAH SWT. kata itu merupakan ism fa’il dari kata kerja khalaqa,menciptakan, mengadakan dari ssuatu yang tdak ada. Khalika brarti Sang maha Pencipta,yakni Allah SWT. Allah Yang Maha Esa disbut khaliq karena Ia yang menciptakan segala yang ada dilangit dan di bumi dan antara keduanya. Ia menciptakan segala sesuatu dari tidak ada menjadi ada dengan hanya mengucapkan “Kun”, jadilah, maka sesuatu itu menjadi ada. Allah adalah khaliq seperti disebutkan dalam firman Allah Q.S AL-HASYR :24:
السَّمَاوَاتِ فِي مَا لَهُ يُسَبِّحُ الْحُسْنَىٰ الْأَسْمَاءُ لَهُ الْمُصَوِّرُ الْبَارِئُ الْخَالِقُ اللَّهُ هُوَ
 الْحَكِيمُ الْعَزِيزُ وَهُوَ وَالْأَرْضِ

“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Sedang makhluql,ism maf’ul dari khalaqa,artinya di ciptakan. Makhluq adalah semua yang ada Allah,yang diciptakan Allah SWT.  Al-Quran menybut makhluk semuanya sebagai  “ (ciptaan Allah) sebagai di nyatakan dalam QS Luqman :10-11:

 فِيهَا وَبَثَّ بِكُمْ تَمِيدَ أَنْ رَوَاسِيَ لأرْضِ فِي وَأَلْقَى تَرَوْنَهَا عَمَدٍ بِغَيْرِ السَّمَاوَاتِ خَلَقَ
١٠) كَرِيمٍ زَوْجٍ كُلِّ مِنْ فِيهَا فَأَنْبَتْنَا مَاءً السَّمَاءِ مِنَ وَأَنْزَلْنَا دَابَّةٍ كُلِّ مِنْ
١١) مُبِينٍ ضَلالٍ فِي الظَّالِمُونَ بَلِ دُونِهِ مِنْ الَّذِينَ خَلَقَ مَاذَا فَأَرُونِي اللَّهِ خَلْقُ هَذَا
Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung – gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (10). Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh (sesembahanmu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata. (11)
Makhluk itu ada yang berupa makhluk hidup dan ada yang bukan makluk hidup. Makhluk hidup seprti manusia dari berbagai etnis dan warna kulit,binatang yang di darat, di lautan, besar maupun kecil bahkan bakteri, mikro organisme, tanam-tanaman, pepohonan, malaikat, jun dan syetan. Sedang makhluk yang tidak hidup misalnya langit, bumi, angin, awan, tanah, air, batu.

Sebagai hamba Allah SWT manusia mempunyai kedudukan yang mulia di banding makhluk lainya. Manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik di berikan akal yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Namun juga di bekali dengan nafsu sehingga manusia punya keinginan untuk mempunyai keturunan sebagai pelanjut kehidupan di muka bumi ini. Nafsu yang baik akan membimbing manusia untuk menyadari kedudukannya sebagai hamba Allah. Sedang nafsu yang jahat akan menjurumuskan manusia ke dalam kesesatan,menjadi budak syetan. Manusia sebagai hamba Allah berkewajiban untuk tunduk,taat dan hanya menyembah Allah ,tidak menyembah tuhan-tuhan buatan manusia seperti patung,berhala dan dewa. Tidak juga menyembah benda-benda ciptaan Tuhan seperti gunung,matahari,bulan,pohon kayu,dan tidak menuhankan manusia yang ditakuti dan di anggap suci seperti Nabi Isa, Nabi Uzair,Fir’aun,Namrud dan tidak menyembah malaikat dan waliullah. Sebagai hamba Allah,manusia hanya tunduk,pasrah menyerahkan diri kepadaAllah dan bersungguh-sungguh taat melaksanakan perintahnya dan meninggalkan laranganya. Sebagai mana firman Allah SWT dalam S.adz-Dzariat :56:
لِيَعْبُدُونِ إِلَّا وَالْإِنْسَ الْجِنَّ خَلَقْتُ وَمَا
“Dan tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku” (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56)
c.    Kedudukan dan Tugas manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Khalifah Allah bermakna pelaksanaan tugas dari Allah SWT.Manusia adalah makhluk yang di beri amanat oleh Allah untuk membangun dan mengelolah bumi ini dengan baik. Hanya manusialah yang dapat memakmurkan bumi ini, memproduksih berbagai macam produk, membuat aneka macam barang kebutuhan hidup, membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan dan kesenangan manusia di muka bumi ini. Sebagai khalifah Allah manusia di tugaskan untuk bekerja keras,berusaha dengan sungguh-sungguh membangun bumi ini, menjaga kelestarian lingkungannya memelihara kehidupan yang harmonis antar sesama penghuni bumi. Sebagai khalifah Allah, manusia di beri kemampuan untuk menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dengan pengetahuan ini manusia dapat membangun dan memakmurkan dunia ini serta mensejatrakan penghuninya. Sebagai khalifah Allah,manusia tidak di berikan wewenang olh Allah untuk menimbulkan kerusakan di muka bumi,membinasakan sesamanya, menghancurkan lingkungan seperti merusak atau menggunduli hutan, serta melakukan perbuatan dosa dan maksiat baik terhadap tuhan maupun terhadap dirinya dan sesama manusia.
     Allah berfirman pada Q.S. an-Nur:55:
 اسْتَخْلَفَ كَمَا الأرْضِ فِي لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ الصَّالِحَاتِ وَعَمِلُوا مِنْكُمْ آمَنُوا الَّذِينَ اللَّهُ وَعَدَ
أَمْنًا خَوْفِهِمْ بَعْدِ مِنْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ لَهُمْ ارْتَضَى الَّذِي دِينَهُمُ لَهُمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ قَبْلِهِمْ مِنْ الَّذِينَ
٥٥) الْفَاسِقُونَ هُمُ فَأُولَئِكَ ذَلِكَ بَعْدَ كَفَرَ وَمَنْ شَيْئًا بِي يُشْرِكُونَ لا يَعْبُدُونَنِي
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.
Dan firman Allah pada Q.S.al-An’am:165:
مَآ  فِى لِّيَبْلُوَكُمْ دَرَجٰتٍ بَعْضٍ فَوْقَ بَعْضَكُمْ وَرَفَعَ الْأَرْضِ خَلٰٓئِفَ جَعَلَكُمْ الَّذِى وَهُوَ
١٦٥: الأنعام﴿ رَّحِيمٌۢ     لَغَفُورٌ وَإِنَّهُۥ الْعِقَابِ سَرِيعُ رَبَّكَ نَّ إِ ۗ  ءَاتَٮٰكُمْ
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

d.   Kedudukan manusia dalam islam dan tujuan penciptaanya
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)

Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.
Di samping peran dan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, ia juga sebagai hamba Allah. Seorang hamba berarti orang yang taat dan patuh kepada perintah tuannya, Allah SWT. Esensi dari ‘Abd adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan.
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi sebagai khalifatullah.

Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah, sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah, maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya. Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.
Jabatan manusia sebagai khalifah adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya.
Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah secara resmi adalah dimulai pada usia akil baligh sampai kita dipanggil kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Allah di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Lantas, apakah manusia ketika berada di dalam rahim ibunya tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba? Apakah janin yang berada di dalam rahim itu tidak beribadah?
Pada dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut kondisinya. Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada Allah.
Bebatuan, pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih. Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu kepada janin tersebut. Allah mengatakan
 Aku akan meniupkan roh ke dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?” Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai Tuhanku.”
Dari sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya.
Manusia mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan.
Kalau begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada Allah. Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah primer (ibadah mahdhah) dan ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah, maka akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang melaksanakannya, maka akan langsung diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan menuntut ilmu.
Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang paling banyak dilakukan dalam keseharian kita. Dalam kondisi tertentu, ibadah ghairu mahdhah harus didahulukan daripada ibadah mahdhah. Nabi mengatakan, jika kita akan shalat, sedangkan di depan kita sudah tersedia makanan, maka dahulukanlah untuk makan, kemudian barulah melakukan shalat. Hal ini dapat kita pahami, bahwa jika makanan sudah tersedia, lalu kita mendahulukan shalat, maka dikhawatirkan shalat yang kita lakukan tersebut menjadi tidak khusyu’, karena ketika shalat tersebut kita selalu mengingat makanan yang sudah tersedia tersebut, apalagi perut kita memang sedang lapar.
Seperti itulah penggambaran kedudukan manusia dalam islam, manusia diciptakan sebagai sesuatu yang sempurna dan sesuatu yang baik, akan menjadi apa saat mereka menjalani kehidupan ini adalah pilihan mereka sendiri yang akan dipertanggung jawabkanya di akhirat nanti.

B.       PENGERTIAN MANUSIA SECARA ISLAM
a.         Hakikat Manusia
Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur’an menggunakan tiga istilah pokok. Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata insan, ins, naas, dan unaas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam dan dzurriyat Adam.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan demikian, kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Allah swt. berfirman:

بَيْنَكُمْ وَجَعَلَ إِلَيْهَا لِتَسْكُنُوا أَزْوَاجًا أَنْفُسِكُمْ مِنْ لَكُمْ خَلَقَ  أَنْ آيَاتِهِ وَمِنْ
(٢٠) يَتَفَكَّرُونَ لِقَوْمٍ لآيَاتٍ ذَلِكَ فِي إِنَّ وَرَحْمَةً مَوَدَّةً
                                                                                                           
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Q.S. ar-Rum [30]: 20)

Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Musa Asy’arie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa yang berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak. Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-Qur’an, kata insaan disebut sebanyak 65 kali. Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa makna kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.
Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia dalam Al-Qur’an. Dari dua kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-ardl).
b.         Asal-usul Penciptanya
Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s.[14] Hal ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72.

       ( ٧١) طِينٍ مِنْ بَشَرًا  خَالِقٌ إِنِّي لِلْمَلَائِكَةِ رَبُّكَ قَالَ إِذْ
          ( ٧٢)  سَاجِدِينَ لَهُ فَقَعُوا رُوحِي مِنْ فِيهِ وَنَفَخْتُ سَوَّيْتُهُ فَإِذَا

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.” (Q.S. Shaad [38]: 71-72.)

Dalam Al-Qur’an, kata ruh (ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.
Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya. Dengan memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua unsur tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara akurat.
Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi, penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai berikut. Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio (‘alaqah). Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging (mudlghah). Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai berubah menjadi tulang belulang (‘idzaam). Keenam, proses penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak. Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.
Manusia islam pula manusia itu terdiri atas 3 unsur yaitu :
1.      Jasmani
Yang terdiri dari Air, Kapur, Angin, Api dan Tanah
2.      Ruh.
Terbuat dari cahaya (NUR). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3.      Jiwa. (An Nafsun/rasa dan perasaan).
Terdiri atas 3 unsur:
a)      Syahwat/Lawwamah (darah hitam), dipengaruhi sifat Jin, sifatnya adalah: Rakus, pemalas, Serakah, dll (kebendaan/materialis)-menjadi beban masyarakat.
b)      Ghodob/Ammarah ( Darah merah ), dipengaruhi oleh sifat Iblis, Sifatnya adalah: Sombong, Merusak, Angkara murka dll (Menentang)-Menjadi pengacau masyarakat.
c)      Natiqoh/Muthmainah (darah Putih), Dipengarui sifat malaikat, Sifatnya adalah: Bijaksana, Tenang, Berbudi luhur, Berachlak Tinggi dan Mulia- Menciptakan kedamaian dan kasih sayang.



BAB 3
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa hakekat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang mampu merubah bumiini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusiamemiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan. Selain itu manusiadiciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling sempurna.Dari paparan di atas tadi, jelaslah bahwasanya peran dan tanggungjawab manusia baik sebagai hambaAllah dan makhluk sosial serta sebagai khalifah fil ardl sangat berat dan dan harus dipertanggung jawabkan. Namun demikian Allah memberikan amanah tersebut kepada manusia dikarenakan adanya potensi manusia untuk melaksanakan mandat tersebut. Sebagai hamba Alllah, manusia sudah dibekali potensi tauhid di dalam dirinya semenjak ia masih dalam rahim ibunya. Sebagai makhluk sosial, fitrah manusia tidak bisa hidup sendiri, satu sama lainnya saling membutuhkan. Dan perannya sebagai khalifah fil ardl, manusia dibekali ilmu pengetahuan agar dapat mengekspolarasi sumber daya alam untuk kesejahteraan umat, bukan mengeksploitasinya. Tolak ukur seseorang telah secara maksimal melaksanakan ketiga peran dan tanggung jawabnya tersebut, dapat dilihat bagaimana upayanya dalam memanfaatkan umur (nikmat) untuk senantiasa berbuat kebajikan, baik hubungannya secara vertikal, maupun sosial horizontal

B.     SARAN
Saran yang dapat kami berikan kepada para pembaca tentang makalah ini adalah semoga makalah ini dapat menambah sedikit ilmu pengetahuan, tidak hanya mengerti tetapi diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, serta diharapkan kita sebagai manusia selalu ingat kedudukan kita di dunia yaitu sebagai kholifah yang patuh, tunduk dan taat kepada Allah SWT.









DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/213994796/ Fungsi-Dan-Tugas-Manusia-Menurut-Al-qur-An
http://www.tugasku4u.com/2013/05/ hakikat-manusia-menurut-islam.html

Comments
0 Comments